Selasa, 21 Juni 2011

Apa ini ?? Apa itu??

Banyak bertanya adalah salah satu ciri khas batita. Apa saja yang ditanyakan?


           Dilihat dari kemampuan berbahasa, usia batita mencatat perkembangan yang luar biasa. Di usia batita, dalam satu hari anak bisa menghasilkan hingga 12 ribu kata. Dengan catatan, kemampuan berbahasa pada setiap anak tentunya berbeda karena berbagai macam faktor.

          Kemampuan berbahasa batita sudah berkembang dari yang tadinya sebatas private speech atau berbicara sendiri yang tidak dipahami menjadi sosial speech atau tuturan yang ditujukan kepada orang lain.

          “Anak-anak biasanya mulai bertanya ‘mengapa’ sekitar umur 2 tahun”, pada usia ini kemampuan bahasa anak telah berkembang dengan pesat dan mereka penuh dengan ide-ide untuk mengekspresikan kata-kata yang telah mereka pelajari. Ditambah lagi, “anak-anak pada usia ini secara alami bersifat egosentris—dunia benar-benar berputar disekitar mereka, mereka menginginkan semuanya diatas kendali mereka”. Anak batita mulai senang bertanya karena kemampuan bernalar mereka telah berkembang pesat, “Tapi, banyak atau tidaknya anak bertanya tergantung pada kemampuan anak dalam proses penyerapan kata-kata dan penyimpanan dalam memorinya.”

          Sebagian anak dapat menyerap kata-kata dengan cepat (fastmapping). Misalnya, orang tua pernah mengucapkan kata ‘helikopter’ sambil menunjukan gambarnya kepada anak. Saat itu juga anak mengingat kata ‘helikopter’ dan bentuknya yang khas. Umumnya anak yang dapat menyerap kata-kata dengan cepat memiliki kosakata yang lebih banyak. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan anak untuk bertanya.

Hal lain yang mempengaruhi adalah berbagai stimulasi yang didapat anak. Juga, ada atau tidak factor gangguan yang menjadi penghambat. Penentu berikutnya adalah modalitas belajar si anak. Ada anak yang lebih banyak menggunakan kemampuan visualnya dalam belajar. Ia lebih cepat dan banyak menyerap informasi yang tertangkap indera visual (tipe visual), seperti gambar, foto, film, kejadian yang berlangsung dihadapannya. Modalitas belajar lainnya adalah kecenderungan menyerap informasi lebih banyak melalui apa yang didengar (tipe auditori). Anak dengan tipe belajar auditori cenderung banyak bertanya karena ia menyukai penjelasan yang dismpaikan secara lisan. Modalitas belajar yang ketiga adalah kecenderungan belajar sambil melakukan gerak seperti belajar sambil praktik atau sambil melakukan gerakan tertentu untuk mempertahankan konsentrasi.


CAKUPAN PERTANYAAN

Karena anak usia 1-2 tahun masih dalam proses menyerap kata-kata, ia belum bisa memformulasikan pertanyaan dengan cukup baik. Jadi, yang diajukan hanya seputar minta sesuatu atau mengonfirmasikan sesuatu. Menjelang usia 3 tahunan, barulah anak bisa memformulasikan kata-kata dengan cukup baik dan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan kejadian sebab dan akibat.
          Cakupan  pertanyaan yang sering diajukan anak usia batita, antara lain :

*berkaitan dengan konsep ego si anak.
          ”Punyaku mana?”atau “kok, kuenya dikasih ke Mbak?”

*berkaitan dengan masalah pesaingan.
          “Aku, kok, dikasihnya sedikit? Kenapa kak Ari lebih banyak?”

*berkaitan denagn rasa ingin tahu.
          “Apa ini?Apa itu?”
Sementara di akhir 3 tahun, batita sudah mampu melihat adanya hubungan sebab akibat. “Kok Kakak dima rahai ayah?” “kok aku enggak boleh makan permen?” dan sebagainya.

*berkaitan dengan teman imajiner.
          Di usia batita, sebagian anak mempunyai teman maya atau teman imajiner. Teman imajiner ini mendorong anak untuk lebi banyak bicara yang merupakan sarana latihan berkomunikasi. Contohnya, “Kemana ya si Hatchiko?”

*berkaitan dengan masalah keluarga.
          Umpama, anak tahu ayahnya selau pulang kerja sebelum hari benar-benar gelap. Ketika sang ayah suatu hari pulang terlambat, si batita bertanya, “Bunda, Ayah mana, kok, belum pulang?”

*Berkaitan dengan peniruan (criptalk)
          Diusia ini anak mampu menyerap banyak kata dan memiliki kemampuan pemetaan kilat (fastmapping). Kalimat yang pernah ia dengar suatu waktu ia tirukan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya ke pengasuhnya ia bertanya. “Mbak, kamu punya benda apa?” (kalimat ini dipinjamnya dari film seri anak.).Biasanya meniru kalimat dilakukan usia 2 tahun akhir.

*Berkaitan dengan aturan
          Anak batita sudah dapat dikenalkan pada aturan. Namun, sifat egosentris yang kuat membuat anak batita tidak menyukai aturan yang menghambat kesenangannya. Anak akan bertanya mengapa ia dilarang oleh ibu sedangkan orang lain membolehkan atau anak lain boleh melakukan sesuatu yang terlarang baginya. Contohnya, ibu menerapkan tidak boleh makan permen. Nah, ketika melihat temannya boleh makan permen, ia bisa bertanya, “Kok, dia boleh?”

<span>Bijak Menjawab Pertanyaan</span>

          Anak batita akan terus bertanya. Bahkan mungkin dengan pertanyaan yang sama sampai ia mendapatkan jawaban yang dapat ia pahami. Rosana memberikan tips, bagaimana menjawab pertanyaan si batita.
  • Betapapun remeh dan membosankannya, berikan respon yang positif.
  • Lakukan kontak mata saat berkomunikasi dengan anak.
  • Jawab dengan penjelasan sederhana dan bahasa yang sesuai dengan kemapuan anak. Tak perlu jawaban yang panjang lebar. Istilah / kata baru boleh diberikan disertai penjelasan yang sederhana.
  • Jangan pernah memberi jawaban bohong atau asal-asalan.
  • Jawablah pertanyaan dengan penjelasan yang masuk akal
  • Pertanyaan seputar hal gaib bisa dijawab dengan pedekatan agama atau jawaban raional sesuai usia anak.
  • Pertanyaan seputar jenis kelamin (sex) harus dapat dijawab dengan penjelasan ilmiah, singkat, sederhana. “Kok, adik sama aku pipisnya beda?” dijawab,”Adik, kan, perempuan, kalau kakak laki-laki, jadi pipisnya beda.”

Sumber : Rosana Dewi Yunita, M.Si (Psikolog Schema - Yayasan Bijak Bestari)
Dimuat dalam Tabloid Nakita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar