Senin, 23 Januari 2012

EPISODIC FUTURE THINKING PADA ANAK USIA DINI

Perilaku remaja seringkali menjadi sorotan di media massa, terutama yang bertentangan dengan norma masyarakat.  Perilaku tersebut berkaitan dengan seks (Wahyuningsih, 2011), perkelahian (Sutrisno, 2011), narkoba (Rahayu, 2011), rokok (“Iklan Rokok di TV Sesatkan Remaja Putri Indonesia”, 2008), bahkan teror (“Pelaku Bom Bunuh Diri Marriott Remaja 18 Tahun”, 2009). Penelitian mengenai perilaku remaja yang negatif tersebut sebenarnya sudah banyak dilakukan dan keberadaan berbagai faktor penyebabnya juga telah dibuktikan (Suryoputro, Ford, & Shaluhiyah, 2006; Komasari & Helmi, 2000; Shih & Huh, 2011; Livingstone, 2008; Wu, 2010; Yowell, 2000). Selain bukti-bukti tentang faktor yang mempengaruhi, penelitian-penelitian tersebut juga membuktikan bahwa para remaja pun memikirkan antisipasi atas konsekuensi yang harus ditanggungnya.  Sayangnya pertimbangan yang digunakan oleh para remaja yang berperilaku negatif sebagai dasar antisipasi tersebut tidaklah matang.
Sebenarnya kemampuan untuk melakukan antisipasi yang ditunjukkan remaja tersebut telah ada sejak masih berusia kanak-kanak. Bukti ini diperoleh dari penelitian mengenai perkembangan kognitif, terutama dalam cakupan kemampuan yang disebut dengan episodic future thinking (Atance, C.M. & Meltzoff, A.N., 2005), yaitu kemampuan untuk memikirkan antisipasi suatu peristiwa tertentu yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang (Szpunar & McDermott, 2008).  Kemampuan yang membuat individu dapat menyusun berbagai alternatif  skenario peristiwa yang akan datang secara detail sebagai dasar pertimbangan dalam antisipasi. Kemampuan yang khas pada manusia karena pemikiran yang subjektif mengenai waktu tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya (Tulving, 2002), berhubungan dengan keberadaan episodic memory atau ingatan mengenai peristiwa khusus yang pernah dialami (Schacter & Addis , 2007; Szpunar & McDermott, 2008 ; D’Argembeau & Van der Linden, 2011), dan berkembang seiring dengan pertambahan usianya (Szpunar & McDermott, 2008).
Pada usia yang masih sangat muda, atau yang biasa disebut dengan usia dini, kemampuan dalam episodic future thinking (EFT) masih belum terlihat dengan jelas sehubungan dengan masih terbatasnya kemampuan dalam aspek kognitif, terutama bahasa, dan emosi, terutama pada regulasi diri (Szpunar & McDermott, 2008).
Nelson (dalam Atance & O’Neill, 2005) berpendapat bahwa pembicaraan yang paling signifikan tentang masa depan biasanya bicara tentang peristiwa yang belum pernah dialami, berbeda dengan rutinitas sehari-hari yang anak-anak tahu dan pergunakan untuk mendukung antisipasi hal-hal yang akan datang. Kunci EFT adalah proyeksi atau memposisikan diri. Proyeksi dapat dijelaskan dengan mengidentifikasi perilaku yang dipercaya menjadi bukti pemikiran masa depan episodik.
Cara bagaimana anak berbicara tentang suatu peristiwa di masa depan dapat berfungsi sebagai indikator apakah mereka memproyeksikan diri mereka sendiri ke kegiatan tersebut.  Proyeksi diri yang diperlukan untuk  mengantisipasi dan kemampuan untuk mengenali kendala memainkan peran penting pada anak-anak. Sebagai contoh, seorang anak yang berbicara tentang kemungkinan terluka (misalnya,''Saya mungkin akan terluka'') dapat membentuk lebih dari satu representasi dari bagaimana masa depan akan terungkap dan, lebih khusus, apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi pada diri selama aktivitas di masa depan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan EFT adalah kualitas interaksi antara anak dengan orang tua, tingkat pencapaian perkembangan kognitif, terutama bahasa, dan perkembangan emosi, terutama dalam regulasi diri. Faktor utama yang berkontribusi adalah kemampuan orang tua untuk berbicara pada anak-anak tentang masa depan, juga seberapa sering frekuensinya. Hudson (dalam Atance & O’Neill, 2005) menunjukkan bahwa ketika mendiskusikan peristiwa masa depan dengan akrab, ibu cenderung berfokus pada apa yang biasanya terjadi. Namun, ketika membahas peristiwa-peristiwa masa depan yang anak-anak belum memiliki pengalaman sebelumnya, ibu lebih cenderung untuk menyarankan berbagai alternatif tindakan.
Faktor lain yang dipertimbangkan dalam EFT adalah peran bahasa. Selain anak-anak mendapatkan pemahaman yang lebih baik di masa depan melalui percakapan dengan orang tua dan orang dewasa lainnya, anak-anak juga mengembangkan keterampilan berpikirnya yang akan memberikan sumbangan terhadap kemampuan mereka dalam memproyeksikan diri ke masa depan.  Kemampuan yang terbukti dipengaruhi oleh kualitas referensi pengalaman individu sebagai dasar bagi penggambaran masa depan dalam cakupan yang serupa dengan apa yang pernah dialaminya menggunakan apa yang diperoleh inderanya saat distimulasi (Schacter & Addis , 2007; Szpunar & McDermott, 2008 ; D’Argembeau & Van der Linden, 2011).  Khusus pada anak-anak, penelitian yang dilakukan oleh Szpunar & McDermott (2008) membuktikan bahwa kemampuan dalam EFT masih belum berkembang dengan baik sehubungan dengan ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman atas pengalaman yang ditambah dengan indikasi ketidakmatangan regulasi diri, oleh Atance dan Meltzoff (2005). Temuan ini didukung oleh bukti yang dikemukakan oleh Gross dan John (2003) mengenai strategi regulasi individu pada pengalaman emosinya. Individu yang mampu melakukan penilaian secara internal akan mampu mengendalikan perilakunya saat berinteraksi dengan orang lain. Biasanya anak yang berusia di atas 3 tahun sudah mulai memiliki kemampuan regulasi diri ini (Eisenberg, 2010). Sementara untuk anak yang masih belum dapat meregulasi diri maka ia cenderung untuk senantiasa berusaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman (Skibbea, Connor, Morrison, & Jewkes, 2011).
Jika mengingat perannya sebagai dasar pertimbangan dalam antisipasi, maka pemahaman yang mendalam mengenai kemampuan EFT perlu dimiliki oleh orang tua dan para pendidik. Hal ini penting agar stimulasi yang tepat untuk membantu anak mengoptimalkan kemampuan dalam EFT dapat dilakukan.
Semoga mencerahkan... mohon maaf belum diedit dalam tulisan yang lebih sederhana

Tulisan ini dicuplik dari makalah EPISODIC FUTURE THINKING PADA ANAK USIA DINI yang disusun oleh Yanti Dewi Purwanti, Yuliana Dwi Endah, Veronica Paula, dan Irma Sukma Dewi

Senin, 03 Oktober 2011

Membayar Untuk Bermain

"Ga mau ah main kesana lagi, gak punya uang" ?!)@*^W@^$#^%
Seorang Ibu terkejut mendengar pernyataan dari teman anaknya ketika ditanya mengapa ia tak pernah lagi main kerumah. Antara percaya dan tidak, Ibu tersebut mendengar bahwa anaknya(6,5 tahun) meminta uang setiap kali temannya bermain ke rumahnya. Apakah akan menjadi kebiasaan? Apa yang harus dilakukan?

Ibu, semakin anak terlibat dengan lingkungannya, risikonya adalah muncul konflik dengan teman. Di usia anak Ibu, hubungan yang terbentuk biasanya didorong oleh adanya berbagai kesamaan. Namun, bisa juga persahabatan dijalin untuk menentramkan dan menutupi kekurangan masing-masing. Misalnya si A punya banyak mainan sementara si B sebaliknya.

Sekalipun Ibu banyak memperhatikan perkembangan anak, usahakan tidak segera mencampuri hubungan persahabatannya. Sebab, pandangan kita sering cenderung memihak. Namun demikian, cobalah mencari tahu, dan sumber yang akurat adalah anak Anda, sahabatnya dan bisa juga guru di sekolahnya. Banyak informasi penting tentang anak yang dimiliki guru. Tapi sebelumnya, sebaiknya tanyakan dulu pada anak tentang masalah tersebut, sehingga anak merasa orang tua memihaknya dan bersedia menolongnya.

Pilih waktu yang tepat untuk berbincang dan berikan perhatian penuh, serta gunakan bahasa yang mudah dipahami. keseriusan mendengarkan akan mendorongnya berbicara. Tunda pertanyaan memojokkan di awal pembincangan. Perhatikan bahasa tubuhnya.

Jika kekhawatiran Anda mengenai perilaku bully anak (sikap mendominasi yang tidak sehat, memaksa, atau menggertak) terbukti, cobalah untuk memahami latar belakang masalahnya.buatlah kesepakatan dan aturan yang jelas tentang perilaku sosial yang Anda inginkan. Penting untuk menekankan tentang hak orang lain, dan bangkitkan empati anak dengan mengajaknya membayangkan jika ia dalam posisi sebaliknya. Pujilah jika ia dapat mengendalikan diri atau bersikap positif, sehingga anak menyadari bahwa orang tuanya memperhatikan perilaku baiknya.

Penanganan terhadap bullying perlu dilakukan segara mungkin untuk menghindari masalah yang lebih serius. Nila perlu konsultasikan pada pihak ketiga (guru atau psikolog) untuk mencari pemecahan yang paling efektif.

Sumber : Irma Sukma Dewi, Psi dalam "Ask The Experts" majalah Inspiredkids. April.2008




Minggu, 02 Oktober 2011

Hamil itu Asik!!

Hai Ibu, apakah Anda sedang hamil? Selamat ya atas kehamilan Anda ^^
Schema berbagi informasi seputar kegiatan yang asik dilakukan saat Ibu sedang hamil. Cek dis ot dan nikmati kehamilan Ibu!

  • Manjakan Diri Anda
Apa yang Ibu sukai? Berbelanja? Ke salon? Kuliner? Do It! Ya, nikmati waktu Anda sebelum si kecil lahir. Saat si kecil lahir, pengeluaran Anda dan kakak si kecil akan berkurang karena berbagi dengan hadirnya si kecil. Sesekali, nikmati dan rayakan keberhasilan Anda dengan melakukan hal yang Anda sukai. Jika Anda suka berbelanja, lakukanlah selama dana yang Anda gunakan tidak mengganggu kebutuhan yang lain. Stop berbelanja baju hamil terlalu banyak Ibu, karena jangka penggunaannya akan kurang dari satu tahun setiap kehamilan Anda. Jadi berbelanjalah yang menyenangkan hati Anda dan awet penggunaannya, seperti jam tangan, kamera, atau benda lain yang lebih fungsional. Anda suka merawat diri ke salon? Lakukanlah....boleh2 aja kok Ibu hamil ke salon, selama tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi si kecil ;). Terbatas dana tapi ingin merawat diri? Hm... Hal mudah Ibu, Anda bisa merawat diri dirumah karena keperluan seperti facial, masker, ataupun creambath banyak dijual di toko dan perawatan bisa dilakukan dirumah yang tentunya juga lebih hemat lho. So, segera manjakan diri Anda dan senangkan diri Anda! :)

  • Mengisi Kulkas
Ibu, sepulang dari persalinan, pasti energi Anda adalah untuk si kecil. Anda tidak akan punya waktu berbelanja bahan makanan apalagi memasak, kecuali Anda punya asisten/PRT di rumah. Biarpun Anda punya asisten rumah tangga, tak ada salahnya bagi Anda untuk menyempatkan diri ke swalayan untuk mengisi kulkas anda sesuai dengan kebutuhan Anda. Lakukan beberapa minggu sebelum waktu melahirkan, isi kulkas dengan makanan yang mudah disiapkan serta bahan-bahan sehat. Jangan sampai Anda yang sudah letih dan kehabisan energi untuk si kecil justu kekurangan asupan gizi. Selipkan camilan sehat seperti biskuit, coklat atau buah-buahan yang bisa Anda makan saat terbangun tengah malam. Jadi Anda masih punya energi tambahan.

  • Nikmati Masa Berduaan
Sebentar lagi anggota keluarga Anda bertambah, nikmatilah masa-masa dimana hanya ada Anda dan suami. Pada trimester kedua, hormon estrogen meningkat dan saat itulah Anda berada pada puncak sensualitas.  Beberapa suami menganggap istrinya paling seksi saat hamil. Jadi, kenapa ditunda? Petualangan sensual Anda dan suami bisa jadi makin seru. Karena perut Anda semakin besar, Anda dan suami harus memutar otak mencari posisi baru yang nyaman. Siapa tahu posisi baru itu menjadi posisi favorit bahkan setalah Anda melahirkan nanti.

  • Travelling
Anda hobi berenang, camping, sunbathing? Do it! Jangan biarkan kehamilan menghalangi Anda. Lakukan konnsultasi dengan dokter kandungan Anda tentang aktivitas yang boleh Anda lakukan berdasarkan riwayat kesehatan Anda dan janin. Apabila dokter memastikan bahwa keadaan Anda dan janin aman untuk melakukan aktivitas tersebut, manfaatkan waktu luang Anda untuk travelling ke tempat favorit Anda selagi belum ada si kecil. Pastikan asupan gizi dan vitamin Anda. Bila ingin melakukan perjalanan udara, Anda harus melakukannya sebelum trimester ketiga. Jadi tunggu apalagi? Pesan tiket dan berkemaslah!

  • Berfoto
Bila sebelum hamil Anda perlu menahan nafas agar perut terlihat rata saat berfoto, kali ini perut besar Andalah yang menjadi pusat perhatian. Jangan malu-malu untuk menonjolkan perut Anda saat berfoto. Buat foto yang bagus dan cetak besar, lalu pajang dikamar. Inilah kenangan Anda bersama perut besar yang tidak akan terulang lagi. Kalaupun Anda akan mengandung anak berikutnya, pasti bentuk tubuh Anda akan berbeda.

  • Pesta
Ada baiknya mengadakan pesta kecil bersama teman-teman perempuan Anda untuk merayakan minggu-minggu terakhir Anda sebelum resmi menjadi Ibu. Minta teman Anda untu mengatur pesta tersebut jika Anda memerlukan bantuan. Anda bisa melakukan di kafe, restoran, atau bahkan di rumah Anda. Lakukan dengan senang hati, karena pesta tak selalu mewah, yang perlu Anda nikmat iadalah waktu bersantai bersama teman-teman dan orang yang Anda terdekat Anda. Namun, pastikan aktivitas serta makanan dan minuman yang tersedia aman dan sehat dikonsumsi bagi Anda dan janin. Jika ingin lebih seru lagi, Anda bisa minta dibelikan kado unik dan sebaliknya, Anda pun bisa memberi souvenir unik untuk teman-teman Anda.

  • Tidur Nyenyak
Tiga bulan pertama setelah si kecil lahir, kemungkinan besar waktu tidur Anda akan lebih sedikit. Perpanjang waktu tidur Anda dan usahakan agar tidur Anda dan usahakan agar tidur dalam keadaan tenang. Berolahraga ringan di sore hari, mandi air hangat, dan minum susu satu jam sebelum tidur akan membantu. Kualitas dan kuantitas tidur yang tepat, stres Anda bisa berkurang. Menjalani kehamilan dengan tenang akan dirasakan pula oleh bayi Anda.

  • Berbenah
Beberapa ibu tidak memiliki banyak waktu luang untuk berbenah ketika si kecil sudah lahir. Maka sebelum waktu dan tenaga habis untuk mengurus bayi, lebih baik Anda membenahi isi rumah. Mulailah dengan kamar Anda. Buatlah ruang tidur Anda nyaman dan lega karena disinilah Anda akan menghabiskan sebagian besar waktu Anda. Bila Anda memiliki kamar bayi sendiri, Anda perlu membereskan akses menuju kamar tersebut agar Anda lancar mondar-mandir di kamar si kecil. Jangan ragu untuk menyapu dan mengepel sendiri kamar Anda. Aktivitas berbenah rumah juga bisa membantu kelancaran persalinan lho.... ^,^

  • Dekorasi
Selesai beres-beres, Anda juga bisa melanjutkan dengan mendekorasi rumah untuk menyambut kedatangan si bayi. Siapkan kamar bayi (atau tempat tidur bayi bila ia akan tidur di kamar Anda) beserta segala perlengkapannya. Anda bisa mencicil, mulai dari membeli tempat tidur, membeli perlengkapan mandi, baju-baju dan mainan. Siapkan juga album foto dan pigura untuk memajang foto pertama si kecil. Yang tidak kalah pentingnya, sediakan sebuah boks yang nantinya bisa Anda isi dengan benda-benda kenangan seperti gelang rumah sakit, foto atau video USG, dan lain-lain. Isi boks bisa jadi hadiah untuk ulang tahunnya yang ke-17!

  • Percantik Diri
Konon katanya, ibu hamil yang suka mempercantik diri akan melahirkan anak perempuan. Padahal apa pun jenis kelamin anak Anda, tetap harus tampil cantik,bukan? Perut Anda boleh membesar, tapi urusan perawatan tubuh sebaiknya jangan diabaikan. Minimal, pergilah ke salon sebulan sekali untuk melakukan perawatan diri, atau bisa juga Anda lakukan sendiri dirumah. Bila ingin jalan-jalan, kenakanlah pakaian yang rapi dan bersih serta tata rias yang manis. Bila perlu, kenakan baju hamil yang trendi!

Sumber : Tabloid Mother & Baby, edisi Mei 2007

Minggu, 24 Juli 2011

3 pekan sharing Ortu dan Anak

Dalam rangka memperingati Ulang Tahun ke 3 Pusat Asesmen Psikologi dan Pengembangan Kompetensi SCHEMA, kami akan menyelenggarakan “3 Pekan Sharing” dengan beberapa tema. Adapun rangkaian kegiatan yang akan kami selennggarakan, sbb :

1. Sabtu, 6 Agst ‘11, 09.00 - 12.00 =>Anak kelas 4-6 (disertai sharing singkat orang tua) Workshop“Problem Solving” =>Rosana Dewi Yunita, M.Si., Psi => Rp. 80.000,-
*maks 15 peserta

...2.Minggu, 7 Agst ‘11, 09.00 - 12.00=>Anak kelas 1-3 (disertai sharing singkat orang tua) Workshop =>“Kemampuan Mempertahankan Diri “ Irma Sukma Dewi, Psi =>Rp. 80.000,-
*maks 15 peserta

3.Sabtu, 13 Agst ‘11,09.00 - 12.00 =>Orang tua Dampak Pandangan Orang Tua terhadap Motivasi Berprestasi Remaja =>Karlinawati Silalahi, M.Si., Psi =>Rp. 50.000,-
*maks 20 peserta

4. Minggu, 14 Agst ‘11, 09.00 - 12.00 => Orang tua Tips Praktis Menangani Perilaku Anak =>Mira K.Putri, M.Si., Psi => Rp. 50.000,-
*maks 20 peserta

5. Sabtu, 20 Agst ‘11, 09.00 - 12.00 =>Sekolah Persiapan Sekolah menuju Inklusi => Wiratih Rahayu => Rp. 50.000,-
*maks 20 peserta

6. Minggu, 21 Agst ‘11, 09.00 - 12.00 Sekolah => Brain Based School Management => Yanti Dewi Purwanti, S.Psi=> Rp. 50.000,-
*maks 20 peserta

Informasi dan pemesanan :
Alamat : Ruko Depok Maharaja A9/2, Pancoran Mas, Depok
Telp : 021—77 88 34 33 / 089 87 25 26 27 / 085 629 34 344
Email : schema08@gmail.com
* Tiket dapat dipindah tangankan
* Pembatalan tiket, uang kembali

SCHEMA memberikan diskon khusus kepada sekolah Bapak/ibu, sbb :
Klien SCHEMA (pernah bekerja sama dengan SCHEMA)
Disc 50 % per kegiatan (pembayaran paling lambat 5 Agustus ‘11
Disc 25 % per kegiatan (pembayaran 6 Agustus s/d hari H)
Harga Special untuk tiket terusan (semua kegiatan)
sebesar Rp 160.000,-

Non klien SCHEMA (belum pernah bekerja sama dengan SCHEMA)
Disc 35 % per kegiatan (pembayaran paling lambat 5 Agustus ‘11)
Harga Special untuk tiket terusan (semua kegiatan)sebesar Rp. 200.000,-

Cara Pembayaran :
a. Tunai ke SCHEMA, Depok
b. Transfer Rekening BCA a.n. Rosana Dewi Yunita 715 028 2874
***mohon konfirmasi melalui sms atau telp ke no contact Schema apabila telah melakukan transfer rekening


Sekilas Pembicara :
1. Rosana Dewi Yunita, M.Si., Psi
Psikolog SCHEMA, dosen, associate di Klinik Terpadu Fak Psikologi UI, Peminatan di bidang Psikologi Pendidikan
2. Irma Sukma Dewi, Psi
Psikolog SCHEMA, Praktisi Psikolog Sekolah, aktif sebagai pengurus Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI)
3.Karlinawati Silalahi, M.Si., Psi
Dosen, associate di Klinik Terpadu Fak Psikologi UI, peminatan di bidang Pendidikan serta Konseling Keluarga dan Perkawinan, aktif di Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Pelkesmas, Kalimalang)
4.Mira Kencana Putri, M.Si., Psi
Psikolog anak, dosen di beberapa institusi pendidikan di Medan, associate beberapa lembaga psikologi, berpengalaman menangani anak berkebutuhan khusus di Sheiling School, Camphill Community Ringwood (England), serta aktif di Pusat Krisis Fak Psikologi UI
5.Wiratih Rahayu
Ketua tim pengembang kurikulum sekolah inklusi Bintang Bangsaku, Finalis lomba Toyota Bercerita 2011
6.Yanti Dewi Purwanti, S.Psi
Kepala Sekolah Bintang Bangsaku, Juara Nasional Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Taman Kanak-kanak tahun 2009, Tim Asessor Kepala Sekolah Tingkat Nasional.

Yuukkk, berbagi ilmu bersama ^_^

Selasa, 12 Juli 2011

Miskin Bahasa

Anak yang waktunya habis untuk bermain sendirian, terlihat tenang,membisu dan penuh konsentrasi, bukan berarti anak tersebut “baik-baik”saja karena diam tak selalu emas.

Heidy  sangat senang karena hari ini akan kedatangan sahabat lamanya,yang baru saja terhubung kembali lewat jejaring sosial di dunia maya.Heidy bertambah senang saat melihat sahabatnya membawa anak yang seusiadengan Jihan (3 tahun), anaknya. Tidak membutuhkan waktu lama, Jihanlangsung bermain dengan teman barunya, Andini. Heidy memperhatikan saatkedua anak tersebut bermain. Suara Andini begitu mendominasi percakapanmereka, sementara Jihan lebih sering mengangguk dan menggeleng, tanpabanyak suara. Pilihan kata dan kalimat Andini pun sangat banyak, berbeda jauh dengan Jihan. Saat ditanya, Andini bisa menjelaskanjawabannya dalam kalimat panjang, sementara Jihan lebih banyakmengangguk, menggeleng, atau menjawab perlahan dengan sepatah-dua patahkata. Selama ini Heidy tidak pernah menganggap itu sebagai suatu halpenting karena menurutnya sifat pendiam Jihan adalah turunan daridirinya. Heidy mengakui bahwa dirinya pendiam, dalam arti berbicarauntuk hal yang penting saja karena tidak mau mencampuri urusan oranglain. Bahkan dia senang saat Jihan terlihat tenang dan konsentrasi saatmain puzzle, masak-masakan, atau menyusun balok. Namun melihat anaknyayang seolah miskin bahasa dibandingkan teman sebayanya, Heidy menjadikhawatir dan berfikir jangan-jangan anaknya mengalami masalah dalamberkomunikasi. Perkembangan BahasaPerkembangan bahasa seorang anak bukan dimulai saat dia belajarberbicara, melainkan sejak dia baru lahir. Tangisan, rengekan, maupunbahasa tubuh seperti ekspresi wajah, kontak mata, cara berdiri, maupungerakan tangan dan jari, merupakan cara-cara bayi berkomunikasi untukmenyampaikan keinginan, perasaan, pertanyaan, maupun pendapatnya.

Menurut Dr. Richard C. Woolfson dalam Small Talk, para ahli psikologi alami menyatakan bahwa  setiap anak lahir dengan kemampuan yangmerupakan bakat untuk belajar bahasa. Ada tonggak-tonggak perkembanganbahasa yang berlaku umum pada setiap anak. Sementara para ahli psikologiyang pro pada “pengasuhan” , menyatakan bahwa perkembangan bahasaseorang anak berasal dari menirukan kata-kata yang didengarnya dalamkehidupan sehari-hari. dan mendapatkan penguatan dari orang-orang disekitarnya.   Dr. Richard C. Woolfson memadukan kedua pendekatantersebut dengan menganggap bahwa alam dan pengasuhan mempunyai peranyang sama penting dalam perkembangan bahasa anak.

Miskin  Bahasa
Istilah miskin bahasa sebenarnya tidak ada dalam kamus perkembangananak. Istilah tersebut menunjukkan kurangnya perbendaharaan kosa kataseorang anak dibandingkan teman-teman seusianya. Sesuai tonggakperkembangan, anak usia 3 tahun seharusnya antara lain sudah menguasaipaling sedikit seribu kosa kata,  senang mengajukan pertanyaan mengenaiarti kata yang belum dikenalnya, senang mendengarkan cerita denganbanyak tokoh, dan juga semakin fasih dalam berbicara walau kadang masihsalah mengucapkan kata atau cadel saat melafalkannya. Namun bila haltersebut belum tercapai, berarti ada sesuatu yang menjadi penyebabnya.

Diam tak Selalu Emas
Menurut psikolog Irma Sukma Dewi, dari Schema Psikologi, pola kebiasaanyang dilakukan, sangat mempengaruhi kemampuan bahasa seorang anak. Bilaanak terbiasa duduk di depan televisi,   maka bisa jadi kosa katanyaakan berkembang. Bahkan bila dilakukan secara terus menerus, maka anakakan hafal pada dialognya. Namun, belum tentu dia cakap dalam berdialogkarena komunikasi yang terjalin hanya berjalan satu arah. Selain itu,Irma juga mengingatkan bahwa anak yang waktunya habis untuk bermain sendirian, terlihat tenang, membisu dan penuhkonsentrasi, bukan berarti anak tersebut “baik-baik” saja karena diamtak selalu emas.  Apalagi bila orang-orang di sekitarnya tidak menyadaribahwa stimulasi kepada anak kurang diberikan, sehingga bila anakbertanya, jawabannya pun sekedar Ya atau Tidak. Selain itu, adanyakebiasaan menghentikan pertanyaan si kecil dengan kalimat yangmeremehkan seperti, “Anak kecil nggak perlu tahu! Ini urusan orang tua!”membuat anak merasa takut atau malas untuk bicara lagi. Terbayang kan,produk anak seperti apa yang dihasilkan lingkungan seperti itu? Pastianak tersebut akan sulit mencapai tonggak-tonggak perkembangan sesuaidengan usianya.

Selalu Ajak Bicara
Irma Sukma Dewi kembali mengingatkan, “Pada prinsipnya, bila ingin anakpandai bicara, maka ajaklah bicara.” Stimulasi seharusnya dilakukansejak anak bayi, dimana mereka belum mampu bicara. Meskipun terlihat“aneh”, namun itulah yang dinamakan stimulasi bahasa. Bayi belajar darisuara yang didengarnya, gerakan yang dilihatnya, dan ekspresi dariorang-orang terdekatnya. Seiring dengan usianya, berilah kesempatan anakuntuk bersosialisasi dengan orang lain, sehingga akan mengasahketerampilan untuk berkomunikasi. Dengarkan dengan seksamapembicaraannya dan beri kesempatan anak untuk berpendapat dalamkeputusan kecil keluarga. Semakin sering anak diajak berbicara,berdiskusi, maka tak hanya perbendaharaan katanya yang bertambah, tetapikalimat yang dipergunakannya juga akan berkembang.

Orang tua berperan penting dalam memberikan stimulasi bahasa pada anak.Bila orang tua harus bekerja, pastikan pada pengasuh di rumah untukselalu mengajak anak bicara sehingga kemampuan bahasa anak akan tercapaisesuai dengan tonggak-tonggak perkembangannya.

Ditulis oleh mbak Imas, dimuat di majalah Parents Guide

Selasa, 21 Juni 2011

Si Cakar Ayam

As They Grow - 7-9 Years
Si Cakar Ayam
ditulis oleh mbak Imas, dimuat di majalah Parents Guide

Menulis merupakan keterampilan tingkat tinggi, yang tidak serta merta bisa dikuasai anak, apalagi bila tidak disertai oleh pola asuh yang mendukung.

Mau dibaca dari depan, dari belakang, diputar, atau dibalik, hasilnya sama saja. Mita tetap saja mengalami kesulitan saat harus membaca tulisan anaknya, Rio (8 tahun).  Kalau nggak mau dibilang seperti cakar ayam, tulisan Rio tak beda jauh tulisan resep dokter. Hanya saja resep dokter masih bisa dibaca apoteker, sedangkan tulisan Rio belum tentu bisa dibaca. Sepertinya hanya Rio dan Tuhan yang tahu, apa makna tulisannya. Mita membayangkan bagaimana guru Rio membaca pekerjaan anaknya di sekolah. Rio sebenarnya mengerti materi yang dipelajarinya dengan baik, namun tulisannya sama sekali tidak menunjukkan  hal tersebut. Untung guru di sekolah Rio sangat baik karena masih memberi kesempatan anaknya untuk menjelaskan maksud tulisannya secara lisan.  Sehingga selain pelajaran menulis dalam Bahasa, nilai anaknya masih bisa diselamatkan. Mengapa tulisan Rio begitu sulit dibaca bak cakar ayam ya?

Kesulitan Menulis
Menurut psikolog Irma Sukma Dewi dari Schema Psikologi, pada umumnya anak yang mengalami kesulitan menulis mempunyai masalah dalam koordinasi visual motorik halus, yang membutuhkan koordinasi antara mata dengan tangan, walaupun dia mempunyai gerak motorik kasar yang berkembang baik. Sering kali anak juga kurang sabar melakukan kegiatan sejenis, misalnya mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, dan sebagainya. Saat memasuki usia sekolah, organisasi tulisan kurang baik, jarang memperhatikan ejaan, tanda baca, tata bahasa, atau kejelasan dari apa yang mereka tulis. Selain itu, mereka pada umumnya juga mengalami permasalahan dengan tata bahasa, organisasi paragraf yang jelek, kesalahan dalam mengeja, dan tentunya kualitas tulisan yang buruk atau kalaupun baik, biasanya lama mengerjakannya. Selain itu, tak jarang permasalahan ini terkait dengan perkembangan yang lain, seperti pemusatan perhatian dan hiperaktivitas yang tentunya berpengaruh pada pengendalian diri secara umum.

Keterampilan Tingkat Tinggi
Irma juga menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan tingkat tinggi, yang tidak serta merta bisa dikuasai anak, apalagi bila tidak disertai oleh pola asuh yang mendukung. Bila anak mengalami masalah dalam tulisan, kita bisa memperhatikan kembali tahapan perkembangan yang telah dilaluinya, apakah secara umum tahapan pada masing-masing usia dilaluinya dengan cukup baik? Apakah ada permasalahan tertentu pada salah satu atau beberapa tahapan berikutnya? Apakah ada “pemaksaan” tertentu sehingga anak dapat menulis setelah melakukan usaha yang sangat keras? Sedari dini, seharusnya anak dibiasakan untuk menggunakan jari-jemarinya untuk menggenggam, meremas, memilin, dan sebagainya. Kombinasikan juga dengan kemampuan visualnya, misalnya melepas dan memasang kancing, membuka dan menalikan sepatu, atau makan dengan sendok dan garpu. Ketika ia mulai memegang alat tulis, kenalkan dulu dengan alat yang berdiameter besar seperti krayon sebelum sampai pada pensil. Dan sebelum menulis, perhatikan dulu apakah ia telah dapat memproduksi coretan, garis lurus, garis lengkung, dan seterusnya. Menulis, apalagi huruf kecil, memerlukan keluwesan dalam menggerakkan pergelangan tangan dan jari, juga ketepatan dalam melakukan pengamatan. Jika semua tahapan telah dilalui dengan baik dan tanpa pemaksaan, seharusnya menulis menjadi keterampilan yang pada akhirnya dapat dikuasai dengan wajar. Bila tidak, maka yang terjadi adalah keterampilan menulis anak menjadi tidak optimal.

Disgrafia
Disgrafia merupakan kesulitan menulis yang dialami anak yang disebabkan kelainan neurologis yang meliputi hambatan fisik, seperti tidak bisa memegang alat tulis dengan mantap sehingga tulisannya buruk. Anak disgrafia mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka. Ciri anak disgrafia antara lain saat menulis huruf tidak konsisten dan proporsional, penggunaan huruf besar dan kecil masih tercampur, dan tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan. Gangguan ini bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.

Bantu Aku
Dengan memahami penyebabnya maka akan lebih mudah bagi orang tua atau guru membantu anak menyelesaikan permasalahannya. Jika permasalahan yang terkait dengan menulis dirasa cukup berat, alangkah baiknya mendatangi pihak yang kompeten agar dapat dilakukan pemeriksaan yang komprehensif.

Yang perlu dikhawatirkan selanjutnya adalah timbulnya permasalahan yang meluas, misalnya anak menjadi minder, menolak sekolah, atau cemas berlebihan, sehingga prestasi akademiknya tidak sesuai dengan potensi sesungguhnya. Oleh karena itu, kita harus segera kita membantunya dengan cara :

Terus berlatih menulis dengan cara yang menyenangkan bagi anak, seperti menjawab teka-teki, menulis kartu ucapan, mengirim pesan lewat kartu pos, dan lain sebagainya. Dengan terus berlatih tanpa menggunakan pemaksaan, maka tulisan anak bisa diperbaiki, minimal untuk bisa dibaca oleh orang lain

Berikan pujian dalam setiap kemajuannya. Hargailah setiap kemajuannya dengan memberikan pujian yang tulus untuk membangun rasa percaya dirinya. Beri kesempatan untuk menulis dengan media lain. Biarkan anak menulis dengan komputer atau mengirimkan pesan pendek melalui handphone. Sehingga anak mengetahui bahwa mengungkapkan pikiran tidak selalu menggunakan tulisan tangan. Lakukan dengan kesabaran. Jangan berkecil hati bila tulisan anak tidak sebagus temannya. Bekerjasamalah dengan guru di sekolah, untuk membantunya berlatih menulis karena practice makes perfect.

Tak ada yang sempurna di dunia. Bila tulisan anak terlihat tidak indah, bukan berarti dunia telah berakhir bukan? Sambil terus berlatih, lihatlah potensi dirinya yang lain dan jadikan mutiara dengan terus mengasahnya. 

Apa ini ?? Apa itu??

Banyak bertanya adalah salah satu ciri khas batita. Apa saja yang ditanyakan?


           Dilihat dari kemampuan berbahasa, usia batita mencatat perkembangan yang luar biasa. Di usia batita, dalam satu hari anak bisa menghasilkan hingga 12 ribu kata. Dengan catatan, kemampuan berbahasa pada setiap anak tentunya berbeda karena berbagai macam faktor.

          Kemampuan berbahasa batita sudah berkembang dari yang tadinya sebatas private speech atau berbicara sendiri yang tidak dipahami menjadi sosial speech atau tuturan yang ditujukan kepada orang lain.

          “Anak-anak biasanya mulai bertanya ‘mengapa’ sekitar umur 2 tahun”, pada usia ini kemampuan bahasa anak telah berkembang dengan pesat dan mereka penuh dengan ide-ide untuk mengekspresikan kata-kata yang telah mereka pelajari. Ditambah lagi, “anak-anak pada usia ini secara alami bersifat egosentris—dunia benar-benar berputar disekitar mereka, mereka menginginkan semuanya diatas kendali mereka”. Anak batita mulai senang bertanya karena kemampuan bernalar mereka telah berkembang pesat, “Tapi, banyak atau tidaknya anak bertanya tergantung pada kemampuan anak dalam proses penyerapan kata-kata dan penyimpanan dalam memorinya.”

          Sebagian anak dapat menyerap kata-kata dengan cepat (fastmapping). Misalnya, orang tua pernah mengucapkan kata ‘helikopter’ sambil menunjukan gambarnya kepada anak. Saat itu juga anak mengingat kata ‘helikopter’ dan bentuknya yang khas. Umumnya anak yang dapat menyerap kata-kata dengan cepat memiliki kosakata yang lebih banyak. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan anak untuk bertanya.

Hal lain yang mempengaruhi adalah berbagai stimulasi yang didapat anak. Juga, ada atau tidak factor gangguan yang menjadi penghambat. Penentu berikutnya adalah modalitas belajar si anak. Ada anak yang lebih banyak menggunakan kemampuan visualnya dalam belajar. Ia lebih cepat dan banyak menyerap informasi yang tertangkap indera visual (tipe visual), seperti gambar, foto, film, kejadian yang berlangsung dihadapannya. Modalitas belajar lainnya adalah kecenderungan menyerap informasi lebih banyak melalui apa yang didengar (tipe auditori). Anak dengan tipe belajar auditori cenderung banyak bertanya karena ia menyukai penjelasan yang dismpaikan secara lisan. Modalitas belajar yang ketiga adalah kecenderungan belajar sambil melakukan gerak seperti belajar sambil praktik atau sambil melakukan gerakan tertentu untuk mempertahankan konsentrasi.


CAKUPAN PERTANYAAN

Karena anak usia 1-2 tahun masih dalam proses menyerap kata-kata, ia belum bisa memformulasikan pertanyaan dengan cukup baik. Jadi, yang diajukan hanya seputar minta sesuatu atau mengonfirmasikan sesuatu. Menjelang usia 3 tahunan, barulah anak bisa memformulasikan kata-kata dengan cukup baik dan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan kejadian sebab dan akibat.
          Cakupan  pertanyaan yang sering diajukan anak usia batita, antara lain :

*berkaitan dengan konsep ego si anak.
          ”Punyaku mana?”atau “kok, kuenya dikasih ke Mbak?”

*berkaitan dengan masalah pesaingan.
          “Aku, kok, dikasihnya sedikit? Kenapa kak Ari lebih banyak?”

*berkaitan denagn rasa ingin tahu.
          “Apa ini?Apa itu?”
Sementara di akhir 3 tahun, batita sudah mampu melihat adanya hubungan sebab akibat. “Kok Kakak dima rahai ayah?” “kok aku enggak boleh makan permen?” dan sebagainya.

*berkaitan dengan teman imajiner.
          Di usia batita, sebagian anak mempunyai teman maya atau teman imajiner. Teman imajiner ini mendorong anak untuk lebi banyak bicara yang merupakan sarana latihan berkomunikasi. Contohnya, “Kemana ya si Hatchiko?”

*berkaitan dengan masalah keluarga.
          Umpama, anak tahu ayahnya selau pulang kerja sebelum hari benar-benar gelap. Ketika sang ayah suatu hari pulang terlambat, si batita bertanya, “Bunda, Ayah mana, kok, belum pulang?”

*Berkaitan dengan peniruan (criptalk)
          Diusia ini anak mampu menyerap banyak kata dan memiliki kemampuan pemetaan kilat (fastmapping). Kalimat yang pernah ia dengar suatu waktu ia tirukan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya ke pengasuhnya ia bertanya. “Mbak, kamu punya benda apa?” (kalimat ini dipinjamnya dari film seri anak.).Biasanya meniru kalimat dilakukan usia 2 tahun akhir.

*Berkaitan dengan aturan
          Anak batita sudah dapat dikenalkan pada aturan. Namun, sifat egosentris yang kuat membuat anak batita tidak menyukai aturan yang menghambat kesenangannya. Anak akan bertanya mengapa ia dilarang oleh ibu sedangkan orang lain membolehkan atau anak lain boleh melakukan sesuatu yang terlarang baginya. Contohnya, ibu menerapkan tidak boleh makan permen. Nah, ketika melihat temannya boleh makan permen, ia bisa bertanya, “Kok, dia boleh?”

<span>Bijak Menjawab Pertanyaan</span>

          Anak batita akan terus bertanya. Bahkan mungkin dengan pertanyaan yang sama sampai ia mendapatkan jawaban yang dapat ia pahami. Rosana memberikan tips, bagaimana menjawab pertanyaan si batita.
  • Betapapun remeh dan membosankannya, berikan respon yang positif.
  • Lakukan kontak mata saat berkomunikasi dengan anak.
  • Jawab dengan penjelasan sederhana dan bahasa yang sesuai dengan kemapuan anak. Tak perlu jawaban yang panjang lebar. Istilah / kata baru boleh diberikan disertai penjelasan yang sederhana.
  • Jangan pernah memberi jawaban bohong atau asal-asalan.
  • Jawablah pertanyaan dengan penjelasan yang masuk akal
  • Pertanyaan seputar hal gaib bisa dijawab dengan pedekatan agama atau jawaban raional sesuai usia anak.
  • Pertanyaan seputar jenis kelamin (sex) harus dapat dijawab dengan penjelasan ilmiah, singkat, sederhana. “Kok, adik sama aku pipisnya beda?” dijawab,”Adik, kan, perempuan, kalau kakak laki-laki, jadi pipisnya beda.”

Sumber : Rosana Dewi Yunita, M.Si (Psikolog Schema - Yayasan Bijak Bestari)
Dimuat dalam Tabloid Nakita